![]() |
CINTA Anak Istri Adalah IBADAH, Mencukupi Keperluannya Adalah SEDEKAH... Benarkah ? |
Kehadiran seorang isteri bagi lelaki yang baru menikah tentulah menjadi
anugerah. Bukankah Adam merasa kesepian sebelum hadirnya Hawa ditengah
kenikmatan surga yang dirasa. Pun, kehadiran anak bagi pasangan yang
telah menikah, juga menjadi harapan.
Harapan tentang berlanjutnya siklus kehidupan dengan mewujudnya
keturunan. Harapan tentang masa depan anak yang cemerlang. Harapan
tentang misi peradaban. Semua menjadi satu dalam kehidupan yang
dijalani, kehidupan berumah tangga.
Mencintai meraka adalah ibadah. Mencukupkan keperluan mereka adalah sedekah. Amanah yang musti dijaga, selalu sepanjang masa.
Karena yang saat ini sedang bersama, bisa menjadi tiada. Semuanya akan pergi, pada saatnya.
Cobalah tatap pasangan kita dalam lelapnya. Cobalah sesekali meranapi
gurat wajah penuh kepolosan anak kita dalam nyenyaknya. Pada mereka ada
peluang ibadah yang terbuka lebar. Ibadah diatas ibadah.
Teringat akan pesan mulia dari lisan sebaik manusia, “Ada dinar yang
kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk
memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin.
Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih
besar pahalanya.” (HR. Muslim).
Terenyuh, bila kita menjadikan Rasul sebagai tauladan, “Sebaik-baik
kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku
adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).
Isterimu yang tetap setia menemani hari-harimu. Anak-anak dengan semua
kepolosan mereka. Lanjutkan dengan muhasabah diri. Sudahkah diri ini
menjadi imam terbaik untuk mereka? Bagaimana pertanggungjawabanku kelak
di mahkamah-Nya? Adakah kami akan bersama di kehidupan berikutnya, di
surga-Nya?
Tidakkah muncul rasa risau ketika tahu bahwa nanti suami bisa menjadi
musuh bagi isteri. Isteri menjadi musuh bagi suami. Orangtua menjadi
musuh bagi anak-anaknya?
Maka berdoalah dengan doa yang ditentukan,
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari pasangan dan keturunan
kami sebagai penyejuk hati, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74).
Meng-azamkan dalam hati, menjadi pribadi terbaik dari hari ke hari.
Bertakwa, dekat dengan Sang Pencipta. Harapnya, ketakwaan itu pun
menular kepada mereka, orang-orang terkasih.
Tidakkah janji ini menjadi menarik, “Dan orang-orang yang beriman dan
yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan
anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun
dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” (QS. Al-Thur: 21)
Dikutip dari Ummi,
maka cukuplah menjadi pengingat, pesan Fauzhil Adhim dalam goresannya,
supaya bersama tidak hanya didunia, tapi juga bersama ke surga-Nya, “cintailah
anakmu untuk selamanya! Bukan hanya untuk hidupnya di dunia. Cintai
mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikitpun
pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta’ala.
Cintai mereka dengan penuh pengharapan agar tak sekedar bersama saat
dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga. Cintai mereka
seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk
karirnya di dunia yang sesaat. Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa
yang jauh lebih panjang, masa yang tak bertepi.”
Semoga kita dapat menjadi imam yang baik untuk anak-anak dan isteri kita. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar