Tak ada Makanan Selezat Msakan IBU, Ternyata ini Rahasianya... Setuju ? Bagikan ke yang lain... |
Entah dari mana asalnya, sangat sering kita mendengar ungkapan,
“seenak-enaknya makanan di restoran berbintang, atau di pesta-pesta
pernikahan yang megah, atau bahkan dibandingkan dengan kuliner tersohor
dari luar negeri sekalipun, makanan negeri sendiri tetap lebih enak”.
Dan pernyataan itu lebih dipersempit lagi dengan, ”makanan di kampung
halaman tetap lebih sedap”, lalu masih dikerucutkan lagi menjadi,
”masakan ibu di rumah tetap paling nikmat “.
Saat aku masih kecil dulu, ibu selalu memasak sendiri makanan bagi kami
sekeluarga. Ibu bukan ahli masak apalagi jago masak sekelas chef di
restoran ternama.
Kemampuan masak Ibu biasa saja, cuma bisa masak makanan standar, semacam
sayur bayam, sayur asem, sayur lodeh, soto, ayam goreng, ikan goreng,
nasi goreng, ya standar makanan yang biasa tersaji di meja makan orang
Indonesia pada umumnya.
Tidak ada bumbu istimewa dalam masakan ibu. Racikan bumbu masakannya
sama saja seperti racikan orang lain. Tapi rasanya itu istimewa banget!
Setidaknya itu menurutku, kakak-adik, dan yang Ayah rasakan.
Rasa masakan ibu saya itu gimana ya. Perpaduan antara sedep, khas, nikmat, enak, dan ini yang aneh: kangen.
Jadi bingung, mana ada rasa kangen dalam makanan? Tapi memang benar, ada rasa kangen dalam makanan, ya masakan ibuku.
Susah bila disuruh menjelaskannya. Pokoknya, kurang lebih rasa yang
selalu menimbulkan rasa ingin mencoba lagi dan lagi. Rasa yang selalu
menimbulkan rasa ingin pulang.
Saat kuperhatikan ibu masak, lebih tidak istimewa lagi. Ibu melakukan
segalanya serba cepat, maklum anaknya banyak, jadi segala sesuatunya
harus dijkerjakan secepat kilat.
Masak sayur bayam saja, bukannya daun bayam dipetik setangkai demi
setangkai. Tapi segenggam sekaligus, diseleksi mana yg tua dan berserat,
dipetik dengan asal, dan selesai sudah 10 ikat bayam dipetik rapi.
Apalagi bumbunya, jangan ditanya. Dirajang, diblender, semuanya serba
cepat. Begitu pun bumbu-bumbu yang lain, garam, gula dan lainya,
ditumpahkan begitu saja tanpa takaran, hanya menggunakan perasaan
sepertinya. Apa ini namanya perasaan cinta ibu untuk kami?
Dan hasilnya, haduh, sayur bayam ternikmat dan terlezat sedunia!
Perpaduan kelembutan daun bayam, manisnya jagung muda, segarnya kuah,
tak ada duanya!
Sungguh rasa masakan ibu di rumah jauh lebih nikmat daripada rasa masakan hasil racikan ahli masak di restoran manapun.
Yang tidak logis lagi adalah, ketika ibu ceplok telor kegosongan, goreng
ikan masih bau amis, dan lainnya. Kenapa rasanya masih saja lebih sedap
dari pada makan di restoran yang kokinya begitu terkenal.
Sekarang aku tahu jawabannya. Ini bukan semata-mata masalah rasa, namun
masalah hati, masalah kedekatan emosi, masalah suasana rumah yang penuh
dengan kehangatan, yang mampu membangkitkan selera makan yang luar
biasa, yang melebihi selera makan di hotel berbintang.
Suasana makan berkumpul bersama keluarga, sungguh tak tergantikan.
Makanan apapun yang disajikan, sesederhana apapun menunya, selalu habis,
licin tandas, hanya menyisakan rasa lega dan bahagia sang Ibu, karena
hasil olahannya diterima dengan antusias oleh orang-orang tercintanya.
Habis pupus semua rasa lelah, semua keringat yang deras mengucur selama
berkutat di dapur.
Bukan hanya aku seorang rupanya yang selalu merindukan masakan ibunda
tercinta. Merindukan sajiannya yang istimewa dalam kesederhanaan, yang
luar biasa lezat dalam keterbatasan.
Teman-teman pun, mengaku memiliki perasaan yang sama, selalu rindu
masakan rumah, yang diracik dengan tangan-tangan yang digerakkan oleh
rasa sayang kepada belahan jiwanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar